Pengantin Bekasri
Daerah lamongan memiliki tradisi sendiri dalam
melaksankan upacara pernikahan, pernikahan di Lamongan ini disebut
pengantin bekasri. berasal dari kata bek dan asri, bek berarti penuh,
asri berarti indah/menarik jadi bekasri berarti penuh dengan keindahan
yang menarik hati. pada dasarnya tahapan dalam pengentin bekasri dapat
dijadikan dalam empat tahap yaitu tahap mencari mantu, tahap persiapan
menjelang peresmian pernikahan, tahap pelaksanaan peresmian pernikahan
dan tahap setelah pelaksanaan pernikahan. Tahap mencari mantu terdiri dari beberapa
kegiatan yaitu, (1) ndelok/nontok atau madik/golek lancu. (2)
nyotok/ganjur atau nembung gunem. (3) nothog/dinten atau negesi. (4)
ningseti/lamaran. (5) mbales/totogan. (6) mboyongi. (7) ngethek dina.
Tahap persiapan menjelang peresmian pernikahan meliputi, (1) repotan (2)
mbukak gedhek atau mendirikan terop (3) ngaturi atau selamatan. Tahapan
pelaksanaan peresmian pernikahan terdiri dari
(1) ijab kabul atau akad
nikah (2) memberikan tata rias atau busana pengentin (3) upacara temu
pengantin (4) resepsi. Tahapan setelah peresmian pernikahan yang
merupakan tahapan terakhir adalah sepasaran.Semua kegiatan masing-masing tahapan ini dapat
dilaksanakan secara penuh tetapi juga dapat dilaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan disesuaikan dengan situasi
kondisi lokal setempat. Pada tahapan pelaksanaan kegiatan, kedua
pengantin merupakan pusat perhatian semua tamu yang hadir, pengantin
perlu dirias dan diberi busana yang lain dari busana sehari-hari. tata
rias dan busana pengantin bekasri memiliki keunikan tersendiri yang pada
dasarnya meniru busana raja dan permaisuri atau busana bangsawan.
Karena daerah Lamongan pada jaman kerajaan Majapahit merupakan wilayah
yang dekat dengan ibukota Majapahit, maka busana yang ditiru dengan
sendirinya adalah busana raja dan permaisuri Majapahit.
Tari Tradisional
Boranan
Tari tradisional Boranan adalah tari yang
terinspirasi oleh aktivitas penjual nasi Boranan yang ada di Lamongan dan sudah
siap dengan dagangannya dari pagi sampai subuh. Gerakan tari Boranan cukup sederhana
namun bermakna, dengan sentuhan tradisional. Setiap gerakan menunjukkan
aktivitas penjual Boranan, dari menyiapkan makana sampai menyerahkannya kepada
pelanggan. Penari Boranan selalu datang dari Lamongan, dengan memakai kain
batik tradisional Lamongan, dengan warna khas biru dan hitam dan terdapat
garis-garis merah pada pinggang. Tari Boranan pernah mengikuti lomba Tarian
Daerah di Jakarta, tepatnya di Taman Mini Indonesia Indah ( TMII ) dalam rangka
Hari Pariwisata Nasional. Semua orang terpaku akan kecantikan tarian tersebut,
sehingga mendapat juara 1 dan dikirim kenegara Thailand.
Setiap ada kegiatan kesenian, Tari Boranan selalu mengisi acara tersebut.
Termasuk juga vestifal HJL ( Hari Jadi Lamongan ) Tari Boranan juga ditampilkan
yang dibawakan oleh 440 putri Lamongan bertepatan dengan Hari Jadi Lamongan
yang ke- 440 di alun – alun Kota Lamongan. Para penari terlihat begitu lincah,
serasi, dan kompak dalam membawakan Tari Boranan.
Tari Tradisional Caping
Ngancak
Tari Caping Ngancak
adalah salah satu tarian tradisional Kabupaten Lamongan. Tarian ini
menggambarkan tentang petani yang beraktifitas di sawah mereka, dari mulai
menanam padi sampai mereka mendapatkan panen. Layaknya petani, para penari juga
mengenakan 'Caping' atau topi khusus yang biasa dikenakan petani saat pergi ke
sawah.
Tari Mayang Madu
Tari ini menceritakan tentang perjalanan Wali
Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Penyebarannya melalui
kesenian, salah satunya dengan musik. Musik yang dipakai adalah Singo Mengkok.
Tari mayang Madu berasal dari daerah Lamongan. Tari ini biasa ditampilkan dalam
bentuk tari tunggal, tari kelompok, maupun tari massal. Tari Mayang Madu
mempunyai konsep islami dan tradisional, karena Tari Mayang Madu diilhami dari
kegigihan syiar agama islam di Lamongan yang disebarkan oleh Sunan Drajat
dengan cara menggunakan gamelan sebagai medianya. Gamelan Sunan Drajat terkenal
dengan sebutan gamelan “Singo Mengkok”. Latar belakang Sunan Drajat menggunakan
media seni karena pada saat itu masyarakat banyak yang masih memeluk agama
Hindu, Budha dan pengaruh dari kerajaan Majapahit. Nama tari Mayang Madu
diambil dari sejarahnya Raden Qosim yang memimpin dan memberi teladan yang baik
untuk kehidupan di Desa Drajat Paciran. Lalu Sultan Demak ( Raden Patah )
memberi gelar kepada Raden Qosim yaitu “Sunan Mayang Madu” pada tahun 1484
Masehi. Untuk mengenag jasa perjuangan Sunan Mayang Madu ( Raden qosim ), maka
tarian khas Lamongan disebut dengan Tari Mayang Madu, agar masyarakat Lamongan
tergugah hatingya untuk tetap meneruskan perjuangan Sunan Mayang Madu dalam
menyebarkan agama islam.
Tari Turunggo Sulah
Tari ini menggambarkan sekelompok prajurit
berkuda yang sedang berlatih. Mereka terlihat sangat lincah. Tari ini merupakan
pengembangan dari kesenian Kepang Dor yang bertujuan untuk melestarikan
kesenian-kesenian yang masih sangat banyak di Kabupaten Lamongan. Tari Turonggo
Solah juga berasal dari Lamongan. Tari Turonggo dapat ditampilkan dalam bentuk
tunggal, berpasangan, atau secara kelompok. Tema yang dipergunakan Tari
Turonggo Solah adalah tema pendidikan, yang dilatar belakangi dari Tari Kepang
Jidor. Dalam penampilannya, Tari Turonggo Solah memiliki dua gaya, yaitu gaya
feminim dan gagah. Penarinya membawa properti kuda-kudaan atau kuda lumping
yang terbuat dari bahan bambu.Tari
Turonggo Solah berkarasteristik gerakannya lincah dan gagah. Tarian ini sering
disajikan sebagai tari pertunjukkan dengan iringan musik gamelan jawa, akan
tetapi yang lebih dominan adalah alat musik jidor. Busana penari memakai gaya
Jawa Timuran
Tari Jaran Jenggo
Jaran Jenggo yang berarti Kuda Jenggo itu juga
bisa melakukan gerakan-gerakan tertentu yang seolah seperti menari mengikuti
irama musik atau lagu yang diputar. Kuda Jenggo itu sendiri tidak bisa dijumpai
setiap saat karena hanya dipentaskan jika ada warga yang sedang punya hajatan
untuk memeriahkannya. Sungguh menarik menyimak Jaran Jenggo yang merupakan
kesenian tradisional ala Lamongan ini.
Sumber:http://disbudparlamongan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar