Wisata Bahari Lamongan
Wisata Bahari Lamongan atau biasa disebut WBL,
adalah salah satu obyek wisata maritim yang terletak di pesisir utara pantai
Jawa, tepatnya berada di kecamatan Paciran, Lamongan.Obyek wisata yang tak
pernah sepi pengunjung ini berdiri sejak 14 November 2004, sebagai obyek wisata
pengembangan dari Pantai Tanjung Kodok. Obyek wisata ini berada di jalur
pantura Surabaya-Tuban, serta berada di dekat sejumlah obyek wisata andalan di
Jawa Timur, diantaranya Gua Maharani, Makam dan Museum Sunan Drajat, Makam
Sunan Sendang Duwur, dan Tanjung Kodok Resort. WBL merupakan obyek wisata yang
menggambungkan konsep wisata bahari dan taman rekreasi keluarga. Beberapa
wahana unggulan tempat wisata ini antara lain
Istana Bawah Laut, Gua Insectarium, Space Shuttle, Anjungan Wali Songo, Texas City, Paus Dangdut, Tembak Ikan, Rumah Kaca, serta Istana Bajak Laut. Berdiri di lahan seluas 11 hektar, WBL selalu mencoba memberikan hiburan yang akan selalu berkembang, dengan dihadirkannya 3 wahana setiap tahunnya. Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti Pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah dan Ikan untuk pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh saat berkunjung.
Istana Bawah Laut, Gua Insectarium, Space Shuttle, Anjungan Wali Songo, Texas City, Paus Dangdut, Tembak Ikan, Rumah Kaca, serta Istana Bajak Laut. Berdiri di lahan seluas 11 hektar, WBL selalu mencoba memberikan hiburan yang akan selalu berkembang, dengan dihadirkannya 3 wahana setiap tahunnya. Selain itu tersedia pula fasilitas pendukung seperti Pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah dan Ikan untuk pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh saat berkunjung.
Monumen Van Der Wijck
Monumen Van Der Wijck, adalah sebuah monumen yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, yang terletak di kantor pelabuhan Brondong, Lamongan. Monumen di bangun untuk memperingati tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Kapal Van der Wijk adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang merupakan cikal bakal Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) saat ini. Rute kapal pada waktu itu memang melayani kawasan Hindia Belanda saat itu. Kapal Van der Wijk dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921 dengan berat tonase 2.596 ton, lebar kapal 13,5 meter. Kapal ini mendapat nama panggilan "de meeuw" atau "The Seagull", ini karena figur kapal ini sangat anggun dan tenang. Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijk berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. Kapal tenggelam di perairan Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Grondong. Kapal ini tenggelam pada hari selasa, 20 Oktober 1936. Jumlah penumpang saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.Dan korban dari tenggelamnya kapal ini ada 4 meninggal dan 49 hilang.
Monumen Van Der Wijck, adalah sebuah monumen yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, yang terletak di kantor pelabuhan Brondong, Lamongan. Monumen di bangun untuk memperingati tenggelamnya kapal Van Der Wijck. Kapal Van der Wijk adalah kapal uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang merupakan cikal bakal Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) saat ini. Rute kapal pada waktu itu memang melayani kawasan Hindia Belanda saat itu. Kapal Van der Wijk dibuat oleh Maatschappij Fijenoord, Rotterdam tahun 1921 dengan berat tonase 2.596 ton, lebar kapal 13,5 meter. Kapal ini mendapat nama panggilan "de meeuw" atau "The Seagull", ini karena figur kapal ini sangat anggun dan tenang. Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijk berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. Kapal tenggelam di perairan Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Grondong. Kapal ini tenggelam pada hari selasa, 20 Oktober 1936. Jumlah penumpang saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.Dan korban dari tenggelamnya kapal ini ada 4 meninggal dan 49 hilang.
Goa Maharani adalah salah satu destinasi
wisata yang ada di Lamongan, tepatnya berada di kecamatan Paciran. Goa Maharani
berada di kedalaman 25 M dari permukaan tanah dan memiliki rongga seluas 2500
m2. Goa yang terkenal sebagai Goa Istana Maharani ini tidak sengaja ditemukan
oleh 6 penggali tanah coral bahan fosfat dan pupuk dolomit yang dipimpin oleh
mandor Sunyoto. Dan diresmikan oleh Bupati Lamongan saat itu, Bapak Muh.
Faried, sebagai obyek wisata pada tanggal 10 Maret 1994. Maharani Zoo & Goa
hadir dengan nuansa wisata yang berbeda, dengan tidak meninggalkan etnis
budaya. Berdiri diatas lahan seluas 3 hektar dengan menyajikan perbauran antara
wahana konservasi, edukasi dan budaya yang dikemas dengan nuansa etnik
afrika. Maharani Zoo & Goa menyajikan Goa
Maharani, Galeri Satwa, Galeri Bebatuan, dan Kebun Binatang. Tempat wisata ini
merupakan Taman Saatwa pertama kali di Indonesia yang menyajikankoleksi
Carnivora, Herbivora, Primata dan aves dengan African Style.
Sunan Drajat
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470, dengan nama kecil Raden Qasim, lalu mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, yang juga saudara dari Sunan Bonang.
Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470, dengan nama kecil Raden Qasim, lalu mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, yang juga saudara dari Sunan Bonang.
Setelah menguasai pelajaran Islam beliau menyebarkan agama Islam di desa
Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran, yang merupakan
tanah pemberian kerajaan Demak. Sebagai penghargaan atas
keberha-silannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi
kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya,
beliau memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak
pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi
Makam Sunan Drajat bisa ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan
Daendels (Anyar-Panarukan), 30 menit bila melalui Lamongan.
Selain itu, untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang
Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan
budaya serta benda-¬benda bersejarah peninggalannya, keluarga dan para
sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten
Lamongan mendirikan Musium Daerah Sunan Drajat disebelah timur Makam.
Musium ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret
1992.
Sunan Sendang Duwur
Sunan Sendang Duwur (1320-1585), adalah satu lagi tokoh penting yang ikut berperan dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Nama asli dari Sunan ini adalah adalah Raden Noer Rahman. Ia adalah putra Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. Gelar Sunan Sendang Duwur didapat dari pemberian Sunan Drajad.
Sunan Sendang Duwur dikenal juga karena memindahkan masjid dalam semalam dari Mantingan ke Bukit Amitunon, Sendang Duwur dan dikenal sebagai Masjid Sendang Duwur.
Bangunan makam Sunan Sendang Duwur terletak di atas bukit Amitunon di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan. Makam ini merupakan banguna berarsitektur tinggi menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Di bangunan ini terdapat gapura di bagian luar berbentuk mirip tugu Bentar di Bali dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa. Sedangkan di dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah.
TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
Daerah Brondong di Lamongan, memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikunjungi. Setelah monumen Vand Der Wijck, TPI Brondong adalah tempat yang juga banyak dikunjungi.
TPI Brondong atau Tempat Pelelangan Ikan Brondong, berjarak 6 km dari lokasi wisata Tanjung Kodok atau Wisata Bahari Lamongan (WBL). Tempat ini merupakan tempat pendaratan ikan para nelayan, baik nelayan lokal maupun nelayan dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, tempat ini juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi keluarga sekaligus belanja ikan yang relatif murah dan segar. Untuk menuju TPI ini dapat ditempuh dengan transportasi umum dari Surabaya-Gresik-Panceng melalui jalan Daendeles (ruas jalan Anyer - Panarukan), atau dari arah barat Tuban-Paciran.
Sunan Sendang Duwur
Sunan Sendang Duwur (1320-1585), adalah satu lagi tokoh penting yang ikut berperan dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Nama asli dari Sunan ini adalah adalah Raden Noer Rahman. Ia adalah putra Abdul Kohar bin Malik bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad. Gelar Sunan Sendang Duwur didapat dari pemberian Sunan Drajad.
Sunan Sendang Duwur dikenal juga karena memindahkan masjid dalam semalam dari Mantingan ke Bukit Amitunon, Sendang Duwur dan dikenal sebagai Masjid Sendang Duwur.
Bangunan makam Sunan Sendang Duwur terletak di atas bukit Amitunon di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan. Makam ini merupakan banguna berarsitektur tinggi menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Di bangunan ini terdapat gapura di bagian luar berbentuk mirip tugu Bentar di Bali dan gapura bagian dalam berbentuk paduraksa. Sedangkan di dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah.
TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
Daerah Brondong di Lamongan, memiliki banyak potensi wisata yang bisa dikunjungi. Setelah monumen Vand Der Wijck, TPI Brondong adalah tempat yang juga banyak dikunjungi.
TPI Brondong atau Tempat Pelelangan Ikan Brondong, berjarak 6 km dari lokasi wisata Tanjung Kodok atau Wisata Bahari Lamongan (WBL). Tempat ini merupakan tempat pendaratan ikan para nelayan, baik nelayan lokal maupun nelayan dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, tempat ini juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi keluarga sekaligus belanja ikan yang relatif murah dan segar. Untuk menuju TPI ini dapat ditempuh dengan transportasi umum dari Surabaya-Gresik-Panceng melalui jalan Daendeles (ruas jalan Anyer - Panarukan), atau dari arah barat Tuban-Paciran.
Sumber:http://www.eastjava.com/tourism/lamongan/ina/marine-tourism.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar